26 November, 2008

CINTA ALA MATEMATIKA

Cintaku bagai sebuah fungsi
Yang melaju tak terbendung secara eksponensial
Ingin kukuadratkan secara sempurna
Menjadi grafik fungsi cinta abadi

Cintaku tak terdiffrensialkan secara parsial apalagi
secara implisit
Tetapi terintegralkan secara rasional
Aku tak ingin lagi berjalan seperti aritmatik
Tetapi ingin kuberlari seperti geometrik

Hatiku terus bergejolak, terasa ganjil, dan sulit
kuregresikan
Analisis secara real pun tak banyak membantu
Alangkah kompleksnya mencari titik kestabilan sistem
cinta ini
Oh, hidupku menjadi tak terdefinisi

Laju perubahan cintaku terhadap waktu sungguh cepat
Tetapi tak beraturan seperti kurva sinus yang
bergejolak
Kalkulus pun menangis, hatinya menjerit menatapku
Karena merasa sosoknya tak berguna lagi di himpunan
ini

Ingin rasanya ku transformasikan cinta ini
Dan mengkonversinya menjadi bilangan cinta
Sehingga kuperoleh titik singgung antara hatiku dan
hatinya
Dan menggapai kehidupan yang terdefinisi

Limit perbedaan antara kita, tak menjadi kendala
bagiku
Keyakinanku sudah mencapai titik maksimum
Mari kita substitusikan dua fungsi cinta ini
Menjadi satu persamaan fungsi cinta abadi

Differensial Cinta

Saat aku bersua dengan eksponen jiwamu,
sinus kosinus hatiku bergetar,
membelah rasa diagonal-diagonal ruang hatiku,
bersentuhan dengan diagonal-diagonal bidang hatiku.

Jika aku adalah persamaan dengan akar-akar x1 dan x2,
maka kaulah persamaan dengan akar-akar 2×1 dan 2×2.

Aku ini binatang jalang,
dari himpunan yang kosong.

Kaulah integrasi belahan jiwaku,
kaulah kodomain fungsi hatiku.

Kemanakah harus kucari modulus vektor hatimu?
Dengan besaran apakah harus kunyatakan cintaku?

Harus dengan metode apakah kubuktikan cintaku?
Metode kontradiksi?
Ataukah pembuktian langsung?

Kulihat variabel dimatamu,
matamu bagaikan elipsoid,
hidungmu bagaikan asimtot hiperbola,
dan bibirmu bagaikan grafik kosinus jika kau tersenyum
padaku.

Modus ponen?
Modus tolen?
Dengan modus apakah kusingkap logika hatimu?

Beribu-ribu matriks n x n kutempuh,
harus bagaimanakah kuungkap adjointku padamu?

Kujalani tiap geometri yang takhingga banyaknya,
dan tiap barisan aritmatika yang tak terhitung,
sampai akhirnya kutemui determinan matriks hatimu,

Phisic in Love

Archimedes dan Newton tak akan mengerti
Medan magnet yang berinduksi di antara
kita
Einstein dan Edison tak sanggup
merumuskan E = mc2
Ah tak sebanding dengan momen cintaku

Pertama kali bayangmu jatuh tepat di
fokus hatiku
Nyata, tegak, diperbesar dengan
kekuatan lensa maksimum
Bagai tetes minyak milikan jatuh di
ruang hampa
Cintaku lebih besar dari bilangan
Avogadro…

Walau jarak kita bagai matahari dan
Pluto saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu
berinterfensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna tanpa
gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan
angular yang tak terbatas

Energi mekanik cintaku tak terbendung
oleh friksi
Energi potensial cintaku tak
terpengaruh oleh tetapan gaya
Energi kinetik cintaku = - mv~
Bahkan hukum kekekalan energi tak
dapat menandingi

Hukum kekekalan di antara kita
Lihat hukum cinta kita
Momen cintaku tegak lurus dengan momen
cintamu
Menjadikan cinta kita sebagai titik
ekuilibrium yang sempurna

Dengan inersia tak terhingga
Takkan tergoyahkan impuls
atau momentum gaya
Inilah resultan momentum cinta kita

Tidak ada komentar: